jump to navigation

Kolom: Gila juga, kultur roda dua India September 9, 2011

Posted by ilham in Biker, Sharing.
trackback

Saya tidak berpretensi membuat suatu teori tentang kultur roda dua di negeri India. Karena untuk itu perlu dilakukan penelitian demi penelitian yang serius. Tapi bukan berarti kita tidak bisa membicarakan aspek-aspek menarik yang menandai cara salah satu penduduk terbesar dunia ini dalam berkendara, khususnya roda dua. Terutama untuk memberi konteks soal Launching YZF R15 dalam artikel sebelumnya.

Dalam suatu acara yang saya ikuti di Orissa, salah satu negara bagian India, kepala negara di sana membuat pernyataan menarik tentang cara warganya berkendara. “Brother semua jangan heran melihat penduduk di India lebih senang berkendara di tengah jalan.”  Lalu doi melanjutkan. “Saya sering bilang ke warga Orissa, kalo memang tidak senang berkendara di kiri jalan, ngapain hanya milih jalan di tengah. Sekalian aja jalan di sebelah kanan,” katanya sambil terbahak-bahak. Para hadirin juga ikut LOL dan tepuk tangan 😀

Pernyataan ini menjelaskan banyak hal. Pertama, sudah menjadi kebiasaan warga di India untuk, katakanlah, bersifat egois dalam menggunakan jalan. Sangat umum di sana, roda dua berjalan ke tengah ketimbang di jalur  jalan yang benar. Dalam konteks sana, kiri jalan adalah jalur yang benar seperti halnya di Indonesia.

Namun ada aja yang mungkin akan bilang, “wah itu sih biasa. Di sini (Indonesia) juga begitu.” No way. Kalo di sana, mau lambat mau cepat, jalan di tengah. Di sini lebih baik, umumnya yang jalan di tengah adalah  mereka yang kencang. Atau mereka yang berada di jalur satu arah. Bisa dibanyangkan mobil-mobil harus zig-zag untuk menghindari motor, terutama untuk mendahului. Sampai-sampai, mobil di sana banyak sekali yang mencopot spion kiri.  Cuma untuk mengurangi risiko nyambar orang atau TERNAK di tengah jalan 😀

Kedua, pernyataan ini menggambarkan pengendara roda dua di sana kurang mementingkan safety. Betapa bahayanya berkendara tanpa mau tahu bahwa orang lain lebih cepat. Apalagi berkendara tanpa helm, anyone? Memang motor-motornya menggunakan spakboard anti sari kelilit roda untuk mengamankan boncenger. Tapi sering sekali kita temukan orang berkendara tanpa helm di jalan. Melindungi kepala belum jadi prioritas rupanya.

Ketiga, motor masih dilihat simbol machocism. Saya sangat jarang melihat ada perempuan mengendarai motor di Indiahe. Mungkin di negara bagian lain yang tidak saya kunjungi. Fenomena ini menjelaskan mengapa motor laki berkembang jauh lebih maju di sana. Tidak peduli modelnya futuristik atau masih jadul, yang penting motor sport. Motor bebek apalagi matik, belum semassif di Indonesia.

Keempat, bagaimana kualitas menjadi penting kalau safety juga belum prioritas? Ya, kita harus bisa membayangkan bahwa di India sana cukup banyak pabrikan. Baik yang lokal, mix atau non-lokal (Japan, Austria, dst). Nyatanya build quality, suku cadang dan performa motor yang bagus hanyalah ditemukan pada motor-motor yang memang bermerek. Katakanlah the big four atau pabrikan maju seperti Bajaj. Tapi pada umumnya pabrikan lebih beriorientasi memenuhi permintaan pasar yang tinggi daripada kualitas dan performa. Model boleh semakin bagus, teknologi juga berkembang, tapi kebutuhan yang ingin dijawab sesungguhnya adalah orang naik motor.

Terakhir, sebaik-baik apapun fasilitas jalan, kebiasaan berkendara yang disiplin dan safety harus diutamakan. Berbeda dari gambaran dari luar bahwa ini negara miskin dan juga korup, saya justru menemukan bahwa fasilitas jalan-jalan di sana lumayan bagus. Maksud saya, kualitas teknisnya tidak kalah–atau mungkin lebih baik dari negeri kita. Soal kumuh atau semerawut, memang banyak juga ditemukan. Bahwa jalan-jalan berdebu di kampung, atau lumayan berasap di kota ya itu memang terjadi. Baik karena jumlah kendaraan yang lumayan banyak vs infrastruktur. Juga karena sebagai negara subtropik, yang wajar saja saat musim-musim tertentu sangat kering. Memang medan dan panjang jalan-jalan di sana juga luarbiasa mengingat luasnya wilayah dan perbedaan berbagai ketinggian. Namun yang saya lihat dan dengar, jalan-jalan di sana lumayan bagus.

Nah, sekarang mari kita menjawab pertanyaan bro Taufik tentang mengapa India lebih sering dijadikan uji coba motor batangan (baca di-launching dan di produksi lebih dulu di sana)? Saya lebih senang memahaminya sebagai secara sangat sederhana. Dengan kultur berkendara, situasi geografis, dan besarnya pasar di sana, maka menguji coba motor laki akan selalu menguntungkan. Katakan, jika motor tidak terlalu bagus, buat facelift. Kurang relieable, buat versi lebih baik. Kurang laku pun, ya sekurang-kurangnya pasti lumayan gede pasarnya. Bagaimana soal regulasi? Saya tidak tahu. Yang jelas industri cenderung berkembang apabila kepastian usaha lebih baik, dan tidak banyak biaya-biaya siluman.

So tetap menyisakan banyak faktor yang bisa menjadi penyebab. Namun yang pasti, India dari awal sudah membuat kebijakan Industri otomotif (bukan hanya motor) berbasis manufaktur. Bukan kayak di negeri Indonesia kita  ini yang lebih senang membangun industri otomotif dengan berbasis trade (dagang). Akibatnya, untuk suvive di India merek-merek besar seperti Honda, Yamaha cs harus serius berkompetisi dengan merek lokal dan semi-lokal dengan barang-barang yang menarik namun tetap murah. Mereka malah diwajibkan punya merek/menggandeng rekanan lokal sebagai brand baru (Hero-Honda misalnya).  Sementara di negeri kita, industrinya lebih banyak menjadi perakit dari pada produsen dan pemilik merek yang sesungguhnya.

Komentar»

1. cafebiker - September 9, 2011

pertamax aman 🙂

2. cafebiker - September 9, 2011
ilham - September 9, 2011

hahaha, oke bro.
baru sempet ane baca ulang dan perbaiki yg keliru2. ente cepet bener nyambar. 🙂

3. Dismas - September 9, 2011

maaf agak oot…

Nah, jadi imho, lebih layak dan sepantasnya kalo Indonesia jadi prioritas utama pabrikan Jepang… Bukan India yg jadi prioritas 😦

*Semoga R15 bisa brojol taun depan… :mrgreen:

4. dowey - September 9, 2011

beda kultur sama disini…
kalo disini yg penting modelnya bagus dan imej top speed….

gak peduli bebek, matik, atau batangan…

ilham - September 9, 2011

Sipp, masuk akal.. Tp ane lg pikir2 akan buat tanggapan 🙂

5. Taufik - September 9, 2011

hmmmmm, penjelasan yang cukup komprehensip bro, thks 😀

6. Monde Sudah Tiada - September 9, 2011

Sapi ditengah jalan?

7. sapujagad - September 9, 2011

masuk akal juga..kurang bagus,bikin facelift…kurang reliable,bikin yang lebih baik…toh setidak laku-lakunya,pasarnya tetep besar.

mantap ulasannya bro.

8. motorbreath - September 9, 2011

tambah ilmu

9. memet - September 9, 2011

pretomax… nehi nehi nehi…

10. ledoy - September 9, 2011

ya sama lah bang dgn indonesia tahun 80 s.d 90an.. karena kebanyakan yang gak pake helm dari pada yang pake helmnya, maka yang pake helm malah gak pede di jalan…. ngomong2 di india ada polantas gak ya….??

11. fradzy - September 9, 2011

siapa yang mau ngusir sapi dari tengah jalan di india sana ya ?

12. Kafemotor menjelaskan kenapa Motor Sport cc kecil Banyak Yang India Duluan « TMCBlog – Motorcycle News - September 9, 2011

[…] Ilham pun berjani membahasnya . . . dan Luar biasa . . . dijawab dalam satu artikel yang cukup komprehensif. Point pertama adalah  berlatar Kultur budaya Bersepeda Motor di India. […]

13. fncounter - September 9, 2011

Di india sapi dianggap hewan suci, jadi gak boleh diganggu meski malang melintang dijalan raya 😀

Nitip mas : http://fncounter.wordpress.com/2011/09/09/sasis-baru-ducati-gp12-adopsi-deltabox-aluminium/

14. gcm - September 9, 2011

gmn pendapat masbro tentang tulisan mastri

http://triatmono.wordpress.com/2011/09/06/salah-besar-jika-pabrikan-jepang-mendahulukan-india-ketimbang-indonesia/

dan relevansinya dengan tulisan masbro..
hehe.. sori kalo mirip pertanyaan dosen penguji 😀

ilham - September 9, 2011

Hahaha, iya pandangan bro Tri bagus juga. Sy coba pikir2 nanti mau nulis apa terkait itu

15. wong - September 9, 2011

yg perlu dicetak tebal, digaris bawahi dan di gedein ukuran font-nya segede-gedenya:
“…Yang jelas industri cenderung berkembang apabila kepastian usaha lebih baik, dan tidak banyak biaya-biaya siluman…”

16. gasspoll83 - September 9, 2011

wah bahaya kalo disini anak2 yang ngejar layangan putus kalo disana sapi yang berseliweran

17. justmyimage - September 9, 2011

Salam hangat mas bro kafe motor

justmyimage

wah nice artikel mas bro..masukan jg bt ane nich gan..

nitip paket y mas bro..

Mencermati strategi 4 samurai R2 di india


maturnuhun

18. pecundangtangguh - September 9, 2011

mantap berat abis artikelnya tapi smart

19. Tuxer (@tuxer) - September 9, 2011

makanya sebagai biker yg baik harus selalu bawa pentungan buat mentung kalo ada biker yg jalan di tengah mulu nyebelin ga mau minggir biarpun di-dim bahkan di klakson… -_-“

20. gogo - September 9, 2011

begitulah.. situasi dan kondisi diindia lebih dpt perhtaian perilisan motor batang

21. harisxyz - September 9, 2011
22. maRio - September 9, 2011

ternyata banyak biker alay disana hahahaha

23. yudibatang - September 9, 2011

ulasannya mantab sekali bro 😀

24. retaildesigns.blogspot.com - September 9, 2011

jangan lupa bahwa ekonomi negara menengah kebawah cenderung mendorong pertumbuhan motor atau kendaraan roda 2 lain. beda dengan ekonomi negara menengah atas yang lebih fokus pada mobil atau kendaraan roda 4 lainnya.

–> berkembang pesatnya populasi motor mencerminkan perekonomian suatu negara.

jika masalah baik-tidaknya kualitas jalan… saya rasa ada beberapa poin yang menjadi penyebab kualitas jalan buruk:
1. pemerintah yang kurang tanggap.
2. jalan selalu dilalui oleh kendaraan dengan muatan yang terlalu berat.
3. pembuatan jalan dengan material berkualitas jelek.

25. watur - September 9, 2011

tetep aja mending Ninja

26. zipx - September 9, 2011

penjelasannya amat jelas dan detil sekali benar-benar maknyos…..

27. dolanclinick SP rider - September 9, 2011

menarik mas

28. wendakalubis - September 9, 2011

Oooo,,, begitu toh!!!

29. Alamo - September 9, 2011

Akhirnya bisa baca-baca lagi di Kafemotor

30. topa - September 9, 2011

setuju dg bang iLham….,India memang lebih bagus untuk pasaran motorsport cc kecil….,
Indonesia market besar tp motorsport cuman 10%…

31. joetrizilo - September 9, 2011
32. Azdi Scouzie - September 9, 2011
33. alexandho - September 9, 2011

Wah, benar-benaar artikel yang sedap dibaca, informatif banget

nitip jemuran buat yang mau entengin kopling 😀
http://kilatperak.blogspot.com/2011/09/bikin-kopling-enteng-spt-sistem.html

34. rasheed - September 9, 2011

Gmn klo ngebahas jg kultur R2 di china(&taiwan).. Klo mau fair, produksi dan konsumsi R2 china lbh “ngeri” dr india. Apalg mtr2 mid 125-250cc china skr sadis2 desainnya. Artinya masyarakatnya mulai massif& bike enthusiast skr..

35. hndy12 - September 10, 2011

Kalo baca artikel di warung ini pasti mata saya berkunang2 soalnya tulisannya gak ada yang pendek..he..

36. Kampung Foto - September 10, 2011
37. Stevan - September 10, 2011

Ulasan yg bagus Mas 🙂

Disana ternyata infrastrukturnya lbh baik drpd disini ya, cuma ya sayang aja pengendaranya masih kurang kesadarannya utk ber-safety riding…

& coba kebijakan utk industri otomotif di Indonesia sama spt yg diterapkan olh India, mungkin aja lbh banyak produk2 otomotif dlm negeri yg lbh berkembang dibanding saat ini 😉

38. electra - September 11, 2011

mengingat jumlah penduduknya yg lumayan banyak(bukan lumayan lagi tapi super banyak) pasti permintaan kendaraan bakal membludak apalagi harga di india lumayan murah dgn konsekuensi harus beli bbm lebih mahal dari negara kita
tapi bagaimana tingkat kecelakaan di sana? apa lebih banyak?

39. harry32 - September 13, 2011

Kira-kira berapa banyak jumlah kecelakaan yang terkait dengan motor ya? atau dengan sapi sekalian….hahahhahahaha

40. asmarantaka - September 13, 2011
41. Wow ternyata emang benar rider india GILAAAA! « Panji's Diary - September 28, 2011

[…] setelah membaca blog nya, juragan Ilham kafe motor mengenai prilaku rider di India disini  hmm secara tidak sengaja waktu saya surfing di youtube lagi pengen liat2 cbr 250 ada video berjudul […]


Tinggalkan komentar